KRITIK SOSIAL DALAM FILM-FILM KABAYAN DI ERA ORDE BARU: KETIMPANGAN DESA-KOTA, PERILAKU MATERIALISTIS DAN DAMPAK GLOBALISASI
Kata Kunci:
Film; Si Kabayan; kritik sosial; globalisasi; oposisi desa-kotaAbstrak
Artikel ini membahas representasi kritik sosial dalam dua film Kabayan produksi awal 1990-an, yaitu Si Kabayan Saba Metropolitan (1992) dan Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), yang hadir di tengah situasi sosial-politik Orde Baru Indonesia. Kedua film ini tidak hanya menawarkan hiburan komedi, tetapi juga menyisipkan kritik terhadap ketimpangan pembangunan antara desa dan kota, perubahan nilai-nilai masyarakat desa, serta penetrasi budaya global akibat arus modernisasi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini menerapkan metode analisis naratif dan semiotik untuk menelaah simbol, dialog, sinematografi, serta representasi karakter dalam kedua film tersebut. Temuan menunjukkan bahwa karakter Kabayan digunakan sebagai metafora dari masyarakat desa yang lugu namun cerdas, yang harus berhadapan dengan kompleksitas modernitas kota. Isu-isu seperti gagap teknologi, stereotip sosial, materialisme, dan disorientasi nilai ditampilkan melalui konflik naratif dan simbol visual, seperti eskalator, jembatan penyeberangan, dan jam tangan. Narasi jenaka yang digunakan menjadi strategi efektif untuk menyampaikan kritik secara halus (polite criticism), mengingat ketatnya sensor budaya pada masa Orde Baru. Penelitian ini menyimpulkan bahwa film Kabayan tidak hanya menjadi cermin dari realitas sosial saat itu, tetapi juga menjadi arsip budaya yang mencatat transformasi ideologis masyarakat Indonesia dalam menghadapi ketimpangan dan globalisasi. Dengan demikian, film populer dapat berfungsi sebagai media perlawanan kultural yang penting dalam studi pembangunan dan komunikasi.
Diterbitkan
Terbitan
Bagian

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.