KABAYAN, SANG TRICKSTER SUNDA: ANTARA HUMOR DAN KRITIK

KABAYAN, SANG TRICKSTER SUNDA: ANTARA HUMOR DAN KRITIK

https://doi.org/10.61296/kabuyutan.v2i2.163

Penulis

  • Rangga Saptya Mohamad Permana Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
  • Elis Suryani Nani Sumarlina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
  • Undang Ahmad Darsa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

Kata Kunci:

Trickster; Kabayan; Sunda; humor; kritik

Abstrak

Kisah Trickster, dalam tradisi lisan di seluruh dunia, adalah sebuah cerita yang menampilkan seorang protagonis yang memiliki kekuatan magis dan dicirikan sebagai ringkasan dari hal-hal yang berlawanan. Genre cerita rakyat Trickster muncul dalam beberapa bentuk di setiap budaya, termasuk di Indonesia, khususnya di masyarakat Sunda, lewat sosok Kabayan. Kabayan merupakan sosok yang bisa dititipi pesan, tergantung dari tujuan, motivasi dan misi pengarangnya. Dalam setiap dongengnya, Kabayan tidak pernah lepas dari unsur humor dan beberapa pencipta memasukkan unsur-unsur kritik dalam nuansa humor Kabayan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan kajian mengenai Kabayan sebagai medium kritik. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menjelaskan bahwa Kabayan bisa digolongkan sebagai sosok Trickster dan untuk menjelaskan bagaimana sosok Kabayan bisa digunakan sebagai medium kritik. Penulis menggunakan metode kajian literatur dalam kajian ini, dengan menggunakan referensi-referensi yang membahas konsep-konsep mengenai Trickster, Kabayan dan tokoh-tokoh sejenisnya, dan Kabayan sebagai medium kritik. Hasil menunjukkan bahwa Kabayan adalah Trickster berwujud manusia yang tergolong ke dalam “Pahlawan Cerdik”, di mana tokoh Trickster lain yang mendekati sosoknya adalah Juha dan Abu Nawas dari Timur Tengah. Kabayan juga diakui secara global sebagai salah satu sosok Trickster dalam buku Trickster and Hero: Two Characters in the Oral and Written Traditions of the World (2012) karya Harold Scheub. Terkait dengan Kabayan sebagai medium kritik, salah satu contoh yang paling relevan adalah ketika Utuy Tatang Sontani menggunakan sosok Kabayan dalam karya pementasan teaternya yang berjudul Si Kabayan (1959), di mana ia menggunakan Kabayan sebagai medium untuk mengkritisi masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada hal-hal mistis untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki.

Diterbitkan

2023-07-05