KRITIK MENGENAI MORALITAS ORANG KOTA DI FILM-FILM SI KABAYAN

https://doi.org/10.61296/kabuyutan.v3i3.293

Penulis

  • Rangga Saptya Mohamad Permana Program Studi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi universitas Padjadjaran,
  • Undang Ahmad Darsa Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
  • Elis Suryani Nani Sumarlina Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Kata Kunci:

Film; Si Kabayan; kritik sosial; moralitas; masyarakat kota

Abstrak

Si Kabayan dikenal sebagai sosok jenaka, cerdik, dan penuh hikmah dalam menangani masalah sehari-hari. Dalam film-filmnya, ia tidak hanya menjadi simbol kehidupan pedesaan yang sederhana, tetapi juga sering berperan sebagai kritik sosial terhadap gaya hidup, moralitas, dan nilai-nilai orang kota. Konflik yang muncul antara Kabayan dengan tokoh-tokoh "orang kota" kerap menggambarkan perbedaan pandangan moral, di mana moralitas orang kota sering kali digambarkan sebagai ambisius, individualis, bahkan manipulatif, berbanding terbalik dengan nilai-nilai kekeluargaan dan kejujuran yang dipegang teguh oleh masyarakat desa. Kajian ini menganalisis kritik terhadap moralitas masyarakat perkotaan yang direpresentasikan dalam dua film Kabayan, yakni Si Kabayan Saba Metropolitan (1992) dan Si Kabayan Mencari Jodoh (1994). Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana film-film Si Kabayan merepresentasikan kritik-kritik mengenai moralitas orang kota, terutama dalam film Si Kabayan Saba Metropolitan dan Si Kabayan Mencari Jodoh. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif dengan analisis tekstual, penelitian ini mengkaji bagaimana elemen naratif dan visual dalam kedua film tersebut merefleksikan perbedaan nilai moral antara masyarakat kota dan desa. Film Si Kabayan Saba Metropolitan menunjukkan kritik terhadap masyarakat kota yang materialistis dan jauh dari nilai spiritual melalui adegan interaksi Kabayan dengan makelar tanah asal Jakarta. Sementara itu, Si Kabayan Mencari Jodoh mengkritisi pergaulan bebas dan ambisi materialistik melalui konflik antara Kabayan, seorang pemuda desa, dengan seorang wanita kota yang berusaha merayunya. Kajian ini menegaskan relevansi karakter Kabayan sebagai medium kritik sosial terhadap fenomena urbanisasi dan modernitas, serta menggarisbawahi pentingnya nilai tradisional dalam menghadapi perubahan sosial.

Diterbitkan

2024-11-04