RAJA-RAJA SUNDA PERIODE KERAJAAN PAJAJARAN BERDASARKAN TRADISI TULIS SUNDA KUNO

RAJA-RAJA SUNDA PERIODE KERAJAAN PAJAJARAN BERDASARKAN TRADISI TULIS SUNDA KUNO

https://doi.org/10.61296/jkbh.v5i3.185

Penulis

  • Undang Ahmad Darsa Program Studi Sastra Sunda, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
  • Elis Suryani Nani Sumarlina Program Studi Sastra Sunda, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
  • Rangga Saptya Mohamad Permana Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Kata Kunci:

Aki Tirem; Kerajaan Pajajaran; Siliwangi; Sunda Wiwitan; Komunitas Kanekes

Abstrak

Sumber data penelitian ini berdasarkan tradisi tulisan Sunda kuno berupa naskah daun lontar pada Kropak 406 yang berjudul Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan. Perbandingannya dilakukan dengan menggunakan teks piagam pelat tembaga Kebantenan dan prasasti Batutulis Bogor. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji bukti-bukti tertulis yang menggambarkan kondisi kehidupan para Raja Sunda pasca berdirinya Kerajaan Pajajaran, serta mengungkap latar belakang kondisi sosial yang menyebabkan kronologis berakhirnya pemerintahan kerajaan di wilayah Sunda. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diambil pendekatan teori filologi karena berkaitan dengan proses pengkajian sumber tradisi tertulis, disertai dengan upaya penafsiran isi teks pada sumber data tersebut dengan menggunakan pendekatan hermeneutika. Metode penelitian kualitatif diterapkan untuk memahami fakta di balik realitas yang dapat diamati atau dirasakan secara langsung. Hasilnya menunjukkan bahwa Kerajaan Sunda lebih dikenal dengan sebutan “Kerajaan Pajajaran” yang berlangsung selama kurun waktu 97 tahun (1482-1579 M). Kerajaan ini diperintah oleh 6 raja: (1) Maharaja Sri Baduga yang menjadi Maharaja Sunda pertama dan Galuh atau Maharaja Pajajaran yang berkuasa selama 39 tahun; (2) Prabu Surawisesa yang bertahta sebagai Maharaja Pajajaran selama 14 tahun; (3) Prabu Ratudewata yang memerintah sebagai Maharaja Pajajaran selama 8 tahun; (4) Sang Prabhusakti yang menyandang gelar Maharaja Pajajaran selama 8 tahun; (5) Prabu Nilakendra yang menjadi Raja Pajajaran; dan (6) Prabu Ragamulya yang merupakan Raja Pajajaran terakhir yang memerintah selama 16 tahun. Pada tahun 1579 M, Kerajaan Pajajaran lenyap dan melebur menjadi Kesultanan Banten dan Cirebon.

Referensi

Bratakesawa, R. 1956. Ketrangan Tjandrasengkala. Djakarta: Balai Pustaka.

Cortesâo, Armando Z. 1944. The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the East from the Red Sea to Japan Written in Malacca and India in 1512-1515 and the Book of Francisco Rodrigues. Two Vols. London: The Hakluyt Society.

Dam, H. Ten. 1957. "Verkenningen rondom Padjadjaran", Indonesië 10: 290-310.

Danasasmita, Saleh. 22006. Mencari Gerbang Pakuan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda. Seri Sundalana. Bandung: Pusat Studi Sunda.

Darsa, Undang A. 1986. Babad Cirebon: Satu Percobaan Rekonstruksi Teks. Bandung: Fakultas Sastra Unpad.

----. 1998. Sanghyang Hayu: Kajian Filologis Naskah Bahasa Jawa Kuno Di Sunda Pada Abad XVI. Bandung: Tesis Pascasarjana Unpad.

----. 2012. SÉWAKA DARMA: Suntingan Teks disertai Kajian Intertekstual dalam Naskah Tradisi Sunda Kuno Abad XV-XVII Masehi (SÉWAKA DARMA: Text Edition with Intertextual Studies in the Manuscript from the Old Sundanese Tradition (15th-17th Centuries). Bandung: PPS FIB Universitas Padjadjaran.

Darsa, Undang A. & Edi S, Ekadjati. 1995. Fragmen Carita Parahyangan dan Carita Parahyangan (Kropak 406): Pengantar dan Transliterasi. Seri Penerbitan Naskah Sunda Nomor 1. Jakarta: Yayasan Kebudayaan Nusantara. Terbit ulang dalam Seri Sundalana 1 Tahun 2003. Bandung: Pusat Studi Sunda.

Djajadiningrat, Hoesein. 1913. Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten. Haarlem: J. Enschede en Zonen. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia: 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten.Jakarta: Djambatan & KITLV.

Ekadjati, Edi S. 1982a. Wawacan Sajarah Galuh. Jakarta: EFEO.

----. 1982b. Ceritera Dipati Ukur: Karya Sastra Sejarah Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.

Faille, P. de Roo de la. 1941-2. "Uit de Oude Preanger". BKI 100:415-424.

Friederich, R. 1853. Verklaring van de Batoe Toelis van Buitenzorg. TBG I.

Hageman, J. 1867-68, 1870 "Geschiedenis der Soendalanden". TBG 16:193-251; TBG 17: 178-257; TBG 19:201-269.

Holle, K.F. 1882. "De Batoe-Toelis te Buitenzorg", TBG XXVIII.

Maas, Paul. 1958. Textual Criticism: Translated from the German by Barbara Flower. Oxford: Claredon Press.

Noorduyn, J. 1962. “Over het Eerste Gedeelte van de Oud-Soendase Tjarita Parahjangan", BKI 118: 374-383.

----. 1982. “Bujangga Manik’s journeys through Java: Topographical data from an Old Sundanese source”. BKI 138: 413-442.

Pleyte, C.M. 1911. "Het Jaartal op den Batoe-Toelis nabij Buitenzorg", (Een Bijdrage tot de Kennis van het Oud Soenda)," TBG 53: 155-220.

----. 1914. “Een pseudo-Padjadjaransche Kroniek. Derde bijdrage tot de kennis van het oude Soenda”. TBG 56:257-280.

Robson, S.O. 1988. Principles of Indonesian Philology. Holland/USA: Foris.

Slametmulyana. 1968. Runtuhnja Keradjaan Hindu Djawa dan Timbulnya Negara-negara Islam Nusantara. Djakarta: Bhatara.

Wolters, O.W. 1974. Early Indonesian Commerce: A Study of tha Origins of Śrīvijaya. Ithaca, New York: Cornell University Prass.

Wolters, O.W. 1974. Early Indonesian Commerce: A Study of tha Origins of Śrīvijaya. Ithaca, New York: Cornell University Prass.

Diterbitkan

2023-10-05

Artikel Serupa

1 2 3 4 > >> 

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama

1 2 > >>