RELASI HISTORIS DAN SOSIOKULTURAL ANTARA SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT: SEBUAH TINJAUAN KRITIS
Kata Kunci:
Sunda; Priangan; Jawa Barat; Identitas; Sejarah; SosiokulturalAbstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis relasi antara tiga entitas: Sunda, Priangan, dan Jawa Barat. Banyak kalangan menyamakan ketiganya, padahal masing-masing memiliki konteks, batasan, dan makna yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan historis-sosiologis melalui studi literatur terhadap sumber-sumber. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Sunda merujuk pada identitas etnokultural yang lebih luas, melampaui batas Provinsi Jawa Barat sekarang, yang ditandai oleh bahasa, sistem keyakinan, dan adat istiadat; (2) Priangan adalah konstruksi kolonial Belanda yang terbentuk dari Mataram dan VOC, yang membentuk identitas aristokratik, budaya “menak”, dan menjadi jantung kebudayaan Sunda modern; (3) Jawa Barat adalah produk negara-bangsa (nation-state) Indonesia pasca-kemerdekaan yang membekukan dan mengadministrasikan keragaman di dalamnya ke dalam satu wilayah pemerintahan. Ketiganya saling beririsan dan membentuk dialektika yang terus berlangsung, di mana Jawa Barat menjadi wadah politis, Priangan sebagai inti kultural yang dominan, dan Sunda sebagai payung identitas yang lebih inklusif namun juga terkadang tereksklusi oleh dominasi narasi Prianganisasi. Pemahaman terhadap relasi ini penting untuk kebijakan pembangunan yang inklusif dan pelestarian keragaman budaya di tingkat lokal.
Referensi
Akhmad, I. dan I. S. H. (2024). Analisis Perbandingan Dialekbahasa Sunda di Jawa Barat (Kajian Linguistik Sinkronis). Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan PKMISBI Bandung, 196–204.
Anderson, B. R. O. (2006). Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia. Cornell University Press.
Breman, J. (2014). Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa; Sistem Priangan dari Tanam Paksa Kopi di Jawa, 1720-1870. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Danasasmita, S. (2003). Nyukcruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi. Girimukti.
Darsa, U. A. (2004). “Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan“, Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuna yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga.
Ekadjati, E.S. (1981). Historiografi Priangan.
Ekadjati, E.S. (1995). Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995.
Ekadjati, E.S. (2005). Kebudayaan Sunda; suatu Pendekatan Sejarah (Vol. 1). Pustaka Jaya.
Elson, R.E. (1994). Village Java under the Cultivation System, 1830–1870. Allen and Unwin.
Fadholi, A., & Supriatin, D. (2016). Sistem Pola Tanam di Wilayah Priangan Berdasakan Klasifikasi Iklim Oldeman. Jurnal Geografi Gea, 12(2). https://doi.org/10.17509/gea.v12i2.1788
Garna, J.K. (2008). Budaya Sunda: melintasi waktu menantang masa depan. Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna Foundation.
Gunardi, G., Abdulwahid, I., Umsari, O.S., & Wahya. (1996). Undak-Usuk dan Dampaknya dalam Perilaku Berbahasa Sunda. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kleden, I. (2004). Kebudayaan dan Pembangunan. LP3ES.
Kusmanto, K., Setyobudi, I., & Yuningsih, Y. (2024). Pelajaran Bahasa Sunda di Kabupaten Cirebon. Jurnal Budaya Etnika, 8(2), 1–14.
Lubis, N.H. (1998). Kehidupan Kaum Ménak Priangan 1800-1942. Pusat Informasi Kebudayaan Sunda.
Maunati, Y. (ed. . (2015). Banten: Masa Lalu dan Kini. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Wessing, R. (1986). The Soul of Ambiguity: The Tiger in Southeast Asia. Center for Southeast Asian Studies Northern Illinois University.
Wiyata, A.L. (2015). Carita Wong Cirebon: Membedah Identitas Etnik & Budaya. Pustaka Pelajar.
Zakaria, M.M. (2009). Sunda, Priangan, dan Jawa Barat .
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Hak Cipta (c) 2025 Mumuh Muhsin Zakaria (Penulis)

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.